Sunday, August 1, 2010

Bunga Edelweiss

Bunga Edelweiss

Pernah dengar bunga edelweis ? pernah dong. Itu lho bunga yang kata banyak orang sebagi bunga abadi dan kemudian dijadikan lambang cinta sejati oleh para pujangga cinta yang lagi kasmaran. Karena keabadiannya banyak orang yang begitu penasaran untuk memetiknya walau hanya sekuntum untuk dijadikan cindera mata buat pujaan hati.

Memetik bunga edelweis, bagi pandaki gunung pecinta alam sejati merupakan pelanggaran terhadap falsapah para pendaki "Jangan meninggalkan sesuatu selain jejak kaki dan jangan membawa sesatu selain kenangan”, meskipun faktanya kadang falsapah itu dilanggar oleh beberapa pendaki “nakal’ yang tak bertanggung jawab.

Edelweis adalah satu dari bunga pegunungan eropa yang paling terkenal. Satu keluarga dengan keluarga bunga matahari (asteraceae). Nama edelweis sendiri berasal dari bahasa Jerman Edel (berarti suci) dan Weiss (berarti putih). Sedangkan nama ilmiahnya adalah Leontopodium yang berarti Cakar Singa, diambil dari bahasa Yunani Leon (Singa) dan Podion (kaki).

Edelweis eropa (Leontopodium alpinum) dapat tumbuh mencapai ketinggian 3-20 cm di tingginya pegunungan, daun dan bunganya ditutupi oleh bulu bulu halus berwarna putih. Setiap kuntum dapat terdiri dari lima mahkota bunga berwarna kuning selebar 5mm dikelilingi kelopak yang membentuk bintang. Biasanya akan mekar di antara bulan Juli hingga september setiap tahunnya.

Tumbuhan bunga edelweis secara unik tumbuh di pegunungan terjal di ketinggian 2000-2900 meter dari permukaan laut. Secara tradisional digunakan sebagai obat untuk mengobati penyakit perut dan pernafasan. Bulu bulu halus pada tumbuhan ini berfungsi sebagai pertahanan terhadap suhu dingin pegunungan, kekeringan dan radiasi sianr ultra violet.

Tumbuhan ini masuk katagori sebagai tumbuhan yang dilindungi di berbagai negara yang memiliki pegunungan termasuk di Indonesia (di Gunung Semeru dan sudah dinyatakan punah), Bulgaria, Kroasia, Swiss, Francis, Norwegia, Italia, Malaysia (Di dataran tinggi Genting dan Cameron), Jerman, Spanyol (Taman Nasional Odesa), Polandia dan Slovakia (di Taman Nasional Tatra), Slovenia (di Gorizia dan Gradisca sejak 1896, Carniola sejak 1898), Autria sejak 1886 dan Romania sejak 1933.

Di pegunungan Indonesia tumbuh juga edelweiss dari jenis yang lain, lebih dikenal dengan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica, Javanese edelweiss), adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai tumbuhan langka dan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources disingkat IUCN dengan status Kritis.

Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan Pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, ngengat, dan lebah terlihat mengunjunginya.

Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.

Di pulau Sumatera bunga Edelweiss Jawa dilaporkan pernah dijumpai di puncak Gunung Sinabung (Sumatera Utara) dan Puncak Gunung Merapi (Sumatera Barat) namun kini sudah sangat sulit untuk menemukan bunga tersebut di puncak Sinabung. Bagi para pendaki, Pelataran Surya Kencana dipuncak Gunung Gede (Cianjur) serta Tegal Alun Alun di Gunung Papandayan (Garut) menjadi tempat yang nyaman untuk melepas kerinduan pada indahnya bunga abadi yang sekali mekar tak kan pernah kuncup lagi ini.

2 comments:

Berkomentarlah dengan BAIK: dan SOPAN:.

Dimohon untuk tidak berkomentar SPAM: karena komentar akan dihapus.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA...JANGAN BOSAN BOSAN DATANG KE BLOG INI: